Asal Mula Jerat
Pada suatu hari seorang pemuda
berburu di hutan. Hari itu dia sudah berjalan jauh, tetapi tidak seekor
pun buruan yang didapatnya.
Sampai di suatu tempat, dia
melihat seekor rusa. Diambilnya anak panah dan dibidikkan ke rusa itu.
Anak panah dilepas dari busur dan melesat mengenai tubuh rusa. Tetapi
rusa itu tidak mati, malah lari menjauh.
Pemuda tersebut mengejar dengan
mengikuti jejak rusa tersebut. Sampai jauh dia mengikuti jejak rusa,
tetapi rusa tersebut tidak ketemu. Karena kelelahan, si pemuda istirahat
di pangkal batang enau.
”Hai sobat, apa yang kau cari?” terdengar sebuah suara.
Si pemuda mencari sumber suara
itu. Dilihatnya di sekeliling hanya hutan dan belukar. Suara itu
terdengar lagi. Si Pemuda kaget, ternyata suara itu berasal dari pohon
enau tempat dia beristirahat. Dia pun menjawab pertanyaan pohon enau.
”Saya sedang mengikuti jejak rusa yang saya panah”, jawab si pemuda.
“Hai sobat, tak usah lah kamu
cari. Rusa itu tidak mati. Ambillah ijukku, lalu kamu cuci. Jalinlah dan
gunakanlah sebagai jerat penangkap rusa”, Kata pohon enau.
”Bagaimana caranya?” tanya si pemuda
”Aku akan tunjukkan cara membuat jerat serta pantangnya,” kata pohon enau
Pemuda itu melakukan apa yang
diajarkan pohon enau. Berjam-jam lamanya dia menjalin ijuk dari pohon
enau yang telah dibersihkannya. Setelah jerat itu selesai, si pemuda
memasangnya di tempat yang biasa dilalui rusa. Si pemuda kembali lagi ke
rumahnya dan menunggu rusa terperangkap dalam jerat yang baru
dipasangnya.
Beberapa hari kemudian seekor
rusa melintas ditempat si pemuda memasang jerat. Rusa heran melihat
mahluk aneh yang belum pernah dilihatnya di daerah tersebut. Walau
setiap saat dia melintasi daerah itu.
“Hai sobat, sedang apa sobat disini?,” kata rusa kepada jerat,
”Saya tinggal disini, sobat”, jawab jerat
Rusa tidak suka ada mahluk aneh
di sekitar tempat dia mencari makan dan bermain. Diusirnya jerat
tersebut. Tetapi jerat tidak mau pergi. Rusa marah dan mengancam jerat.
” kalau begitu ayo berkelahi. Siapa yang kalah harus meninggalkan daerah ini”, tantang rusa.
”Sekali lagi maaf kawan, saya
tidak kuat berkelahi, sedangkan kamu mampu melewati beberapa bukit,
lembah, rawa dan sungai sedangkan saya hanya disini saja coba lihat
punggung saya ini sedang sakit”, jawab jerat.
”Jangan banyak alasan, ayo kita berkelahi,” desak rusa.
”Kalau begitu ulurkan tanganmu,” ujar jerat dengan lembut.
Lalu rusa memberikan tangannya dan jerat langsung menangkap tangan rusa tersebut dan menjepitnya erat erat.
”Lepaskan tanganku…..! lepaskan tanganku….!”, teriak rusa
”Kawanku rusa, walaupun
punggungku sakit, kamu tidak akan ku lepas. Kalau bilou sudah berbunyi,
berarti ibu saya sudah bangun untuk mempersiapkan ransum bapak saya.
Kalau burung sri gunting gunung berkicau, bertanda bapak saya akan
datang”, ujar jerat pada rusa.
Rusa sadar dia sudah
terperangkap. Tapi tidak ada guna menyesalinya. Dia tidak bisa lepas
dari ikatan kuat jerat yang dipasang si pemuda. Kini rusa hanya bisa
pasrah menunggu si pemuda, yang di sebut “Bapak” oleh jerat.
Satu malam sudah berlalu dan
fajar pun merekah di langit. Rusa masih terikat oleh jerat. Tidak lama
kemudian terdengar suara bilou bersahutan. Para perempuan di kampung
sudah sibuk memasak dan menyiapkan bekal suami dan anak lelaki mereka
yang berangkat ke ladang atau ke hutan.
Beberapa lama kemudian rusa
mendengar kicauan burung sri gunting gunung. Dia tahu bahwa si pemasang
jerat sudah berada di hutan. Sesampai si pemuda di tempat dia memasang
jerat, hatinya bersorak melihat seekor rusa sudah terperangkap. Dia
berjanji akan mematuhi segala pantangan memasang jerat seperti yang
sudah diajarkan pohon enau.
Ini
adalah kisah tentang bagaimana terjadinya jerat, mentawai beserta
pantangnya. Dalam cerita ini mengandung makna bahwa manusia (masyarakat)
mentawai begitu dekat dengan alam, ada hubungan baik dan saling
menghormati antar sesama makhluk hidup dengan menjaga keutuhan
ekosistem.