NUSAMENTAWAI.COM- - TUAPEIJAT- - Lika - liku Biomassa yang saat ini dipertanyakan banyak kalayak tentunya mereka berharap agar Biomassa bambu bisa beroperasi dan dinikmati oleh masyarakat.
Pembangunan Biomassa ini dari dana hibah pemerintah Amerika Serikat (MCC) melalui PT. Charta Putra Indonesia (CPI), sejak awal tahun 2017 lalu.
Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet mengatakan bahwa Biomassa bambu yang sudah rampung sejak pertengahan tahun ini pihak Pemerintah Daerah (Pemda) Mentawai masih menunggu serah-terima dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
“Kalau Biomassa itu rencananya paling lambat akan beroperasi Februari 2019, karena saat ini kita belum ada serah - terima dari pihak Bappenas, jadi kita sekarang masih menunggu info selanjutnya,” katanya pada Selasa (18/12/2018).
Biomassa saat ini terdapat di tiga Desa di Kepulauan Mentawai, yaitu Desa Saliguma, Desa Matotonan dan Desa Madobag, dimana Biomassa ini merupakan bantuan kepada Desa yang sulit dijangkau oleh aliran listrik dari PT. PLN (Persero) karena kondisi geografis.
Yudas menambahkan, jika sudah resmi diserahkan kepada kepada pihak Pemda Mentawai maka selanjutnya akan kembali diserahkan ke Perusahaan Daerah Milik Kepulauan Mentawai (Perusda) untuk dikelolah termasuk pemeliharaannya.
“Kalau sudah ada serah - terimanya, kita akan serahkan kepada Perusda, Perusda nanti yang kelolah, bekerja sama dengan pihak PT. PLN (Persero) Rayon Tuapeijat atau Siberut,” ujarnya.
Biomassa yang berbahan bakar bambu tersebut menjadi banyak pertanyaan bagi masyarakat terkait tanaman bambu yang diberikan kepada masyakat sampai saat masih belum besar dan belum bisa dipanen, sementara pemasangan mesin dan pembangunan kantor Biomassa sudah siap, namun sampai saat ini belum beroperasi.
Sementara beberapa informasi yang diterima bahwa menjelang bambu tumbuh besar masyarakat dari Desa ambil inisiatif untuk mengumpulkan kayu per Kepala Keluarga (KK) 60 Kilo gram atau harus mencapai 12 Ton.
“Beberapa bulan lalu, kita sempat ada pertemuan bersama pemerintah Desa setempat di Rogdok membicarakan bagaimana mensiasati agar Biomassa bambu ini bisa menyela sementara, keputusannya masing - maaing warga atau KK, harus mengumpulkan kayu 60 Kg, pokoknya harus bisa mencapai 12 Ton atau lebih,” kata salah satu warga Rogdok Aloisius Budom beberapa Minggu lalu kepada wartawan di Tuapeijat.
Aloisius juga menyampaikan keluhannya sebab saat ini sejak pembangunan Biomassa selesai banyak kabel listrik yang hilang serta kontak dan bola lampu dirusak warga.
“Ada kabel hilang, kontak lampu juga dijalan hilang, bola lampu untuk penerangan jalan dilempar, jadi sayang sekali kalau ini lama beroperasi,” ucapnya.
Tags
BERITA