Burung Hantu (Toubat)
Di
hutan Bat Kokok, pemukiman pertama orang-orang Katurei, Hiduplah dua
ekor burung di pohon beringin. Salah satu Si Kemut, burung hantu, yang
satu lagi bernama Si Turugou’gou’, burung ruak-ruak.
Kedua
burung ini biasa bertengger di dahan pohon Beringin yang bernama Si
Sokut. Kedua burung ini mempunyai perbedaan baik bentuk badan maupun
cara dan waktunya mencari makan. Si Turugou’gou’ ‘ mencari makan di
siang hari, tetapi Si Kemut mencari makan malam hari.
Pada
suatu sore, ketika Si Turugou’gou baru pulang mencari makan,
dilihatnya Si Kemut sedang tidur dengan nyenyak. Sambil
memanggut-manggut Si Turugou’gou’ bernyanyi mengejek
Si Kemut...Kemut si mata cekung
Ada orang pura-pura menari
Ada orang tidur siang bolong
Kalau malam keluyuran
Dasar memang burung hantu
Si
Turugou’gou’ cepat-cepat terbang ke pohon lain setelah mengejek Si
Kemut. Si Kemut kesal dengan ejekan itu. Dilemparnya ranting pohon ke
arah Si Turugou’gou’, tetapi tidak kena. Si Kemut bertambah kesal. Walau
begitu dia tidak mengejar Si Tutugou’gou’. Setelah menggeser sedikit
tempat bertenggernya, Si Kemut melanjutkan tidur di sore itu.
Kini
malam telah tiba. Si Turugou’gou’ sudah tidur dan Si Kemut pergi
mencari makan. Memang demikianlah hidup burung hantu. Mereka tidur siang
hari dan mencari makan di malam hari. Di waktu malam lah burung hantu
biasanya berburu tikus dan binatang malam lainnya.
Saat
fajar hampir merekah dan suara monyet di hutan sudah berbunyi, Si
Kemut pulang. Dilihatnya Si Turugou’gou’ sedang tidur lelap. Si Kemut
berpikir, inilah kesempatan untuk balas dendam. Maka dia pun bernyanyi.
Turugou’gou’ si ruak
Si betis kurus ada orang dia lari
Si Ruak-ruak sok pandai menari
Kakinya kotor sekali
Ejekan
Kemut membangunkan si Turugou’gou’. Dia marah sekali pada Si Kemut.
Sambil mengantuk Si Turugou’gou’ menyanyikan lagu ejekan Si Kemut. Si
Kemut pun membalas menyanyikan ejekan. Mereka terus saling mengejek,
hingga burung-burung lain yang tinggal di dahan dan ranting Si Sokut
menjadi terganggu.
Akhirnya
Si Kemut dan Si Turugou’gou’ bertengkar. Mereka ribut sekali.
Burung-burung yang tinggal di pohon lain juga terganggu. Melihat kedua
burung bertengkar sambil menuding dan menepuk dada, Si Sokut yang
tadinya diam kini angkat bicara.
“Jangan
bertengkar wahai sahabat-sahabatku. Jangan membeda-bedakan apalagi
menghina kawan”, Si Sokut menasehati Si Kemut dan Si Turugou’gou’.
Mendengar
Nasehat Si Sokut kedua burung yang hampir berkelahi kini berhenti dan
saling minta maaf. Maka kedua burung itu, Si Kemut dan Si Turugo’gou’
kembali hidup tentram dan damai bersama Si Sokut, si pohon beringin.
Walaupun berlainan jalan hidupnya.
Dongeng
ini biasa dibawakan oleh orang tua untuk mengantar tidur anak-anaknya.
Konon menurut cerita orang tua dulu, burung hantu dan ruak-ruak pandai
menari. Nenek moyang orang mentawai meniru gerakannya. Turuk
biasanya menirukan gerakan-gerakan hewan. Itulah yang dinamakan uliat.
Makanya dalam gerakan turuk ada Uliat Kemut dan Uliat Turugou’gou’.
Tags
BERITA